Ini tahun pertama aku bersama dia. 1 tahun sudah aku melewati hari-hari
bersama dia. Dia memang sangat mencintaiku. Hampir 1 tahun aku bersamanya, tak
pernah sedetik pun dia membuatku meneteskan air mata. Hanya saja dia sedikit
posesif. Dia melakukan hal itu karena tidak ingin kehilangan aku. Aku sangat
mengerti apa maksudnya. Dia selalu berusaha memberikan yang terbaik buatku.
Sangat berbeda denganku. Entah kenapa aku masih menyimpan rasa untuk Vicky, lelaki
yang pernah singgah di hatiku kemudian pergi tanpa alasan yang jelas. Dia
terlalu sibuk dengan kesibukannya sehingga lupa denganku kemudian mengakhiri
semuanya dengan alasan tak mau menyakitiku. Aku masih sangat mencintainya
bahkan saat ini aku sangat merindukannya. Berhari-hari Vicky hadir di mimpiku,
belum lagi teman-teman selalu memberi info terbaru tentang kehidupannya dan
yaaa..., itu semua sangat menyiksaku. Vicky seperti matahari sementara aku
bulan. Bagaimanapun matahari dan bulan tak akan bisa bersatu. Aku menutupi
semua rasa itu dari kekasihku. Aku tak ingin dia mengetahui perasaan ku
sesungguhnya. “kalau memang hatimu masih buat dia, kembalilah Ren. Aku akan
merelakan kamu wlaupun sampai kapanpun aku gak akan pernah bisa melupakanmu.
Aku teramat sangat mencintaimu.” Itulah ucapan Angga saat dia memergoki aku
tengah mengirim pesan pada Vicky lewat facebook. Aku memang keterlaluan, aku
mengaku pada Vicky bahwa aku masih belum bisa move on dari dia. Setelah Angga
memergoki ku, aku tak pernah melakukan hal bodoh itu lagi. Biarlah aku sendiri
yang menyimpan semuanya. Suatu hari Tuhan mempertemukan aku dengan Vicky di
sebuah cafe. Saat itu aku bersama dengan Angga sementara dia dengan
teman-temannya. Aku tak sengaja bertemu dia di depan toilet. Kami tampak
terkejut ketika kami bertabrakan. Cukup lama saling pandang tanpa ada sepatah
kata terucap.
“Kamu sama siapa?”
tanya nya padaku.
“sama Angga.”
Jawabku singkat.
“Semakn lengket
saja. Semoga langgeng ya.” Ucap dia sambil bergegas pergi.
“tapi aku masih mencintaimu.”
Ungkapku.
Lalu dia berhenti
tapi masih membelakangiku.
“entah kenapa
sampai detik ini aku masih mencintaimu. Bahkan aku sangat merindukanmu walapun
aku tau semua itu gak akan bisa kembali.”
“kamu hanya perlu
beradaptasi dengan dia.” Katanya yang masih membelakangiku.
“tapi aku sudah 1
tahun bersamanya.”
“teruslah seperti
itu, kamu gak boleh meninggalkan orang yang tulus mencintaimu. Cukup aku saja
yang menyesal atas ego-ku.” Ungkapnya
Aku segera
memeluknya dari belakang, aku tak bisa menahan perasaan ini. Aku merindukannya,
sangat. Tak ada ucapan apapun saat aku memeluknya. “tuhan, andai waktu bisa
berhenti sampai disini. Aku tak ingin moment ini berakhir.” Gumamku lirih.
Dia melepaskan
pelukan ku lalu menghadap ke wajahku. Wajahnya masih seperti dulu, tenang. Aku
masih merasa nyaman saat berada di dekatnya.
“Ren, ketika kamu
baru pindah ke rumah baru. Kamu memang gak akan nyaman tapi kamu perlu
beradaptasi dulu kan sampai akhirnya kamu akan merasa nyaman. Lakukan itu
terus, aku tak ingin kamu merasakan penyesalan seperti yang aku rasakan. Cukup
aku saja yang merasakan itu. Jangan meninggalkan orang yang bisa menerima semua
kekuranganmu. Terkadang hatipun perlu di paksa.” Ungkapnya sambi mengusap air
mataku.
Detik berikutnya
dia memberikan kecupan di keningku. Lalu dia meninggalkan ku yang masih tak
percaya dengan semua ini. Dia telah menyesal melakukan semua itu padaku dan dia memintaku untuk tak melakukan itu
pada orang lain karena tak ingin aku terluka. Vicky telah berubah menjadi lebih
dewasa. Beberapa menit aku tersadar bahwa aku terlalu terbawa perasaan hingga
aku tak dapat melihat kasih sayang yang tulus dari Angga. Aku menghampiri Angga
yang duduk sendirian dengan kopi dan laptopnya. Dia tampak heran melihatku
berseri-seri. “aku sayang sama kamu dan gak akan meninggalkanmu.” Ungkapku
tiba-tiba pada Angga di akhiri dengan senyuman ku. Dia membelai rambutku “aku
akan membahagiakan mu semampuku karena aku mencintaimu lebih dari diriku
sendiri.” Balasnya. Aku melirik pada Vicky, dia mengangguk dan
tersenyum..........